Meski kerugian hanya Rp3 juta, pembobolan ini kembali menegaskan kelihaian pelaku kejahatan memanfaatkan situasi dan kelengahan aparat keamanan.
Pembolan terjadi sekitar pukul 03.40 WIB, saat Satpam Bank Sutrisniadi (33) pulang ke rumah untuk sahur ke rumahnya di Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Binjai Kota. Ketika Sutrisniadi kembali 30 menit kemudian, ia melihat bank dalam kondisi berantakan dan kaca ATM pecah.
Sutrisniadi kemudian melaporkan hal tersebut kepada atasannya. Berselang beberapa menit, sejumlah karyawan Bank BRI lain tiba di lokasi dan memeriksa barang apa saja yang hilang. Setelah melakukan pemeriksaan dengan cermat, maling hanya membawa uang kas sebanyak Rp3 juta dari dalam laci teller.
Pukul 06.30 WIB, petugas Polres Binjai tiba dan langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Pantauan wartawan koran ini di lokasi, selain kaca ATM terlihat pecah, asbes (atap) juga jebol. “Dari olah TKP yang kita lakukan tidak tertutup pelaku masih amatir atau malah orang dalam,” ujar Kasat Reskrim Polres Binjai, AKP Ronni Bonic SH Sik.
Polisi menduga, pelaku masuk dari belakang bank. “Sebab plafon jebol dan pelaku masuk dari lantai dua. Saya yakin pelakunya cuma satu sampai dua orang,” kata Ronni.
Sejauh ini, polisi masih memeriksa saksi-saksi dan Satpam Bank BRI. “Dalam aksi itu tidak ada korban jiwa, dan sekarang kita masih melakukan penyelidikan melalui pemeriksaan saksi-saksi,” ungkapnya.
Sementara, di luar lokasi kejadian masyarakat setempat dan sejumlah pengendara berhenti untuk melihat secara langsung dampak dari kejadian tersebut.
Terkait upaya pengungkapan perampokan di Bank CIMB Niaga Cabang Pembantu Aksara, Kapolda Sumut Irjen Pol Drs Oegroseno menduga senjata yang digunakan perampok merupakan sisa-sisa konflik di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
“Kita menduga senjata AK 56 yang dipakai perampok saat beraksi di Bank CIMB, merupakan sisa konflik di NAD yang belum sempat dimusnahkan dan kini beredar di tengah masyarakat,” ujar Kapolda melalui kabid Humas Kombes Pol Baharuddin Djafar, kemarin.
Untuk memudahkan penyidikan, saat ini jajaran kepolisian berkoordinasi dengan TNI dan Perbakin, terutama untuk mendata senjata api yang dikuasai warga sipil.
Sebelumnya, Kapolda sudah mengintruksikan untuk menyita senjata api tanpa izin yang dimiliki warga sipil. “Dari sebelumnya Kapolda sudah menyita senjata dari warga sipil untuk dimusnahkan,” tambah Baharuddin Djafar.
Petugas polisi berpakaian sipil yang diperbantukan di perbankan kemudian diimbau agar tidak menunjukkan senjatanya kepada masyarakat yang malah membuat takut dan curiga. “Agar masyarakat tidak tertipu dengan penjahat yang mengaku Polisi,” sambungnya.
Untuk mengejar para pelaku rampok yang marak belakangan ini, orang nomor satu di Polda juga menginstruksikan anak buahnya untuk melakukannya sesuai perintah, tidak secara sporadic dan sendiri-sendiri. “Bila ada Polisi yang melakukan razia sendiri-sendiri, teriaki aja maling,” tegas Baharuddin Djafar.
Senjata dari Mindanao
Rangkaian perampokan di berbagai wilayah terus disidik mabes Polri. Dari tipe dan beberapa jenis senjata, ada dugaan baru bahwa sebagian senjata itu disusupkan dari kamp Mindanao, Filipina Selatan.
“Memang ada yang eks GAM, tapi yang rakitan kami duga dari Mindanao,” ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Iskandar Hasan kemarin (27/8). Analisanya, senjata rakitan yang banyak digunakan memiliki tekstur halus dan dan fabrikasi yang sangat baik untuk ukuran senjata rakitan.
Ia mencontohkan penangkapan tersangka penjualan senjata api rakitan di Cikokol, Tanggerang Senin (23/8) lalu oleh aparat Polda Metro Jaya. Saat itu, disita senjata laras pendek jenis Browning dengan kualitas rakitan yang halus. “Kalau buatan orang lokal tak sebaik itu,” kata mantan Kapolda Bangka Belitung itu.
Iskandar menceritakan, saat dirinya berkunjung ke Filipina Selatan beberapa waktu lalu ia melihat banyak bengkel perakitan senjata di wilayah itu. Senjata-senjata standar banyak dimodifikasi menjadi spesifik dengan ketelitian tinggi, seperti senjata khusus sniper.
Karena itu, Iskandar yakin, kualitas senjata api rakitan yang beredar dan digunakan perampok, dihasilkan di wilayah konflik itu. “Tidak menutup kemungkinan senjata-senjata jenis ini dipasok, dimasukkan lewat jalur laut oleh sindikat,” katanya.
Sumber : Harian Sumut
Makasih, sangat membantu sekali..
BalasHapusJajaran Polda Sumut kembali ditantang pelaku kriminal. Belum tuntas pengungkapan perampokan Bank CIMB Niaga Jalan Aksara yang menewaskan anggota Brimob
BalasHapusckckck
BalasHapusSampai kapan para maling akan trus mmbanggakan kinerjanya,, knapa bngsa kita pnuh skali dgn maling2? bkan hnya maling kcil tpi jga yg titelnya maling besar (koruptor)
BalasHapusOMG, AGAIN?
BalasHapusOMG....
BalasHapusmungkin sistem keamanan bank BRI itu kurang baik ,mestinya belajar dari kejadian Bank CIMB terdahulunya agar kejadian ini bisa di antisipasi.
BalasHapusSemakin nekad saja perampok jaman sekarang. Mulai dari perampokan rumah, perampokan bank, bahkan lagi naik mobil saja kadang bisa dirampok. Contoh di Jakarta, banyak pengendara mobil yang kena rampok, bener-bener dah...
BalasHapussemakin banyak saja kejahatan di indonesia.
BalasHapussemoga saja kasusnya cepat terselesaikan.
BalasHapusmakin nggak aman saja negaraku ini.
BalasHapusWah ga ada yang jaga Bank-nya. Pasti sebelumnya sudah menjadi incaran perampok dan tahu saat-saat di mana tidak ada petugas keamanan. Mungkin perlu ada tambahan petugas keamanan. Semoga saja kedepannya akan lebih waspada.
BalasHapusmungkin memang harus diperketat penjagaannya biar gak gampang dibobol maling, hehe
BalasHapus